Menyepi Karena Dia
Judul Buku : Sepi Sendiri
Penulis : Fakhira Akasia
Penerbit : Tunas Gemilang Press
Tahun Terbit : 2011
ISBN :978-6028-816-42-7
Tebal Buku : 100 hlm
Tebal Buku : 100 hlm
Ukuran : 17,5 cm
Harga : Rp. 20.000,-
Acapkali kita
sering mendengar atau mengetahui tentang prilaku bejat orang disekeliling kita,
bahkan terkadang prilaku bejat itu bisa terjadi di lingkungan yang tidak kita
duga sama sekali. Prilaku mulai kekerasan fisik, kekerasan psikologis,
kekerasan seksual, hingga penelantaran dalam rumah tangga terjadi dimana-mana, bahkan terjadi di ruang
lingkup rumah kita sendiri. Kita sering menyebutnya sebagai Kekerasan Rumah
Tangga (KDRT) yang akhir - akhir ini ramai dibicarakan orang.
Korban yang paling banyak menjadi sasaran KDRT adalah perempuan. Berdasarkan
data Komnas Perempuan, pada tahun 2012, sedikitnya ada 8.315 kasus dalam
setahun. Jumlah itu mengalami peningkatan di tahun 2013 yang mencapai 11.719
kasus atau naik 3.404 kasus dari tahun sebelumnya. Banyak sekali
penulis-penulis yang coba mengangkat cerita fiksi yang diambil dari realita
kehidupan yang terjadi di negeri ini, mereka mengemasnya dalam tatanan cerita
yang menyentuh dan sarat makna. Novel dengan 100 halaman yang berjudul Sepi
Sendiri ini pun mengisahkan seorang perempuan yang Bernama Aura.
Aura, itu namaku. Ini aku ada, lahir dan
tumbuh di bawah tumpukkan hujan, luka dan juga rasa sepi. Ketakutan dalam
benak, merajalela disetiap usia yang datang silih berganti memeluk diriku.
Membekas, begitu sulit dihilangkan. Layaknya noda yang telah berkarat karena
bertahun-tahun lamanya. Dan rasanya sungguh teramat sakit (Halaman 34).
Aku hanya bisa menangis sambil menahan rasa
sakit yang membakar diantara selangkanganku. Tenagaku hampir habis setelah
sebelumnya berseteru dengan nasib buruk yang mengancamku, dan aku pun kalah.
Dalam kondisi mabuk, laki-laki itu telah melakukannya. Dia memaksaku. Dia telah
mengambilnya dengan kasar. Dia menghabiskan semuanya. Dia lumat keperawananku
seperti binatang yang kelaparan. Aku memohon dengan sangat kepadanya agar dia
tidak melakukan perbuatan bejatnya itu kepadaku. Tapi dia sama sekali tidak
peduli. Dia telah dibutakan oleh nafsu busuknya. Dia lupa kenyataan bahwa aku
masih darah dagingnya sendiri (Halaman 75-76).
Perbuatan
terkutuk yang dilakukan oleh ayah kandungnyalah yang menjadikan Aura sebagai
pribadi yang pendiam bahkan cenderung misterius. Kekerasan seksual yang
dilakukan ayahnya ternyata memberi dampak yang sangat besar bagi diri Aura,
dampak psikologis yang menjadikannya trauma dan asik menyendiri dengan dunia
sendiri, merasa sakit yang tidak bisa digambarkan, dan merasa orang terhina
dalam pandangan orang lain.
Sisa malam itu kuhabiskan dengan meratapi
nasibku. Aku tidak bisa tidur. Rasa sakit, pedih, serta benci terus menerus
mengoyak-oyak dadaku. Pikiranku begitu kalut. Aku tidak tahu harus bagaimana.
Semua ini rasanya sudah berakhir, hancur lebur, remuk. Sepertinya aku tak
sanggup lagi menerima segala kenyataan hidup ini. Gelap, gelap, dan gelap.
Lebih sakit dari semua penderitaan yang selama ini kuterima. Kini arah yang
kutuju tak lagi terang (Halaman 77).
Korban kekerasaan
sesksual bahkan kehilangan percaya dirinya untuk tetap melanjutkan hidup, ada
kemungkinan gila ataubunuh diri. Dampaknya secara psikologis sangat berbahaya. Di
lingkungan sosial masyarakat korban kekerasaan seksual merasa dirinya kotor dan
hina.
Seperti kebanyakan
novel yang ada, pasti terselip unsur cinta. Yah cinta berperan menghidupkan
sebuah cerita yang penulis gali. Dalam novel berbentuk saku ini pun
menceritakan sebuah cinta yang tak biasa dan lahir dari kesunyiian yang menyergap
hati dan datang bertubi-tubi tanpa ampun. Adalah seorang pemuda yang bernama
Akasia telah jatuh cinta pada kesunyian, kesedihan, kesepian, kemisteriusan
yang ada pada diri Aura. Semua hal ganjil di mata orang lain hal yang aneh,
justru di mata Akasia hal itu adalah yang mampu menarik hatinya dalam pusaran
gelombang asmara. Meskipun pada awalnya Akasia pun tak tahu apa yang terjadi
dalam hatinya. Kedekatan mereka terjadi ketika Aura menyendiri dan menangis di
bawah guyuran hujan. Rupanya hujan menjadikan cerita keduanya berubah, dari
teman biasa menjadi teman yang istimewa.
Aku merasa aneh saja. Saat banyak orang
memilih untuk menjauhiku, disaat mereka meninggalkanku sendirian tanpa mau tahu
apa yang sebenarnya terjadi, kau malah datang kepadaku dengan tiba-tiba.. kau
datang ke dalam hidupku tanpa memberi sedikit pun alasan mengapa kau mau
melakukannya.kau selalu ada disaat aku merasa sepi. Kau ada disaat aku tengah
menangis. Kau ada disaat aku sedang membutuhkan seseorang untuk mendengar. Kau,
melakukan banyak hal yang membuat aku merasa begitu berarti (Halaman 72).
Jika cintamu tak terbalas, atau ketika
cintamu dikhianati, atau ketika rasamu dibohongi, tetaplah disini, ditempatmu. Sebab,
Tuhan punya cinta yang lebih baik buat kita (Halaman 91).
Ketika Aura
menghilang tanpa kabar, Akasia begitu terpukul. Berhari-hari ia mencari tahu
informasi tentang dimana keberadaan Aura. Invetigasi dilakukannya di depan
rumah Aura dari pagi hingga malam, tetap saja hasilnya nihil. Akasia juga
mengunjungi tempat-tempat biasa mereka berdua selalu berbagi cerita, tapi semua
yang dilakukannnya sia-sia.
Hingga pada suatu hari yang masih pagi,dua
minggu sebelum ujian nasional digelar, wali kelas menemui kami dan mengabarkan
kalau ternyata Aura kabur dari rumah (Halaman 83).
Malang tak dapat
ditolak, untung tak dapat diraih. Setelah larut dalam kesunyiian yang menguasai
hati, pada akhirnya Akasia mendaptkan kenyataan yang sangat membuat hatinya
benar-benar terpukul. Rasa bersalah menggunung di atas pundaknya. Menyesal kenapa
dulu dia tak bisa mempertahankan perasaanya pada Aura. Menyesal ketika pengembaraannya
dari Jawa hingga ke pulau Sumatera membuat hatinya kembali dihantui kesepian
yang amat sangat tatkala melihat gadis yang selama ini selalu menghias
mimpi-mimpinya, gadis dimana dia selalu terpaku memikirkannya. Gadis yang
sangat dia rindukan. Di Palembanglah semua cerita cinta itu berakhir.
Novel yang
ringan dibaca dan mungkin dalam satu hingga dua jam membacanya akan selesai ini
menyajikan cerita cinta yang sederhana, meski tak sesederhana dampak psikis
yang diderita tokoh Aura ini cukup layak untuk menjadi koleksi perpustakaan
pribadi. Bagaimana kisah cinta antara Aura dan Akasia pada akhirnya? Jawabanya ada
dalam novel “Sepi Sendiri”.
Kritik juga
layak disematkan dalam novel ini yaitu banyaknya kesalahan pengetikan teks dan
penempatan tanda baca yang tidak sesuai. Ada juga kesalahan fatal yang
mengganggu keasikan pembaca untuk menyelesaikan halaman demi halaman yang ada
dalam novel ini yaitu pada halaman 33, meskipun ada pengganti yang diselipkan
dalam buku ini.
Kotabumi, 07 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar