Menyikapi Galau Agar Lebih Indah
Judul : Ya
Rabb, Aku Galau
Penulis : Aida Ahmad & Ummi K Miqdar
Editor : Hijrah Saputra & Adhika Prasetya
Penerbit : Erlangga
Tahun Terbit : Pertama, 2014
Jumlah Halaman : 170 halaman
ISBN : 978-602-241-796-5
Penulis : Aida Ahmad & Ummi K Miqdar
Editor : Hijrah Saputra & Adhika Prasetya
Penerbit : Erlangga
Tahun Terbit : Pertama, 2014
Jumlah Halaman : 170 halaman
ISBN : 978-602-241-796-5
Kenapa kita selalu diuji? Tanpa sadar
sering sekali kita melontarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kehidupan yang
kita alami ini ternyata tidak semuanya indah dan baik-baik saja. Ada masanya
permasalahan kehidupan datang silih berganti. Ujian yang tak pernah kita duga
ternyata terjadi pada diri kita, bahkan terkadang kita merasa beban ujian yang
kita terima sangatlah besar. Tanpa sadar kita akan menyalahkan Tuhan dengan
berbagai pertanyaan yang menyudutkan. Bukankah kita sebagai manusia sudah
menjadi sunatullah pasti akan diuji?. Manusia akan diuji dengan sesamanya,
hartanya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, dan hal-hal yang melingkupi
kehidupan manusia itu sendiri. Sedikit sekali kita mengetahui apa hakikat ujian
tersebut, bukankah Tuhan tidak akan menimpakan suatu ujian yang hambaNya tidak
mampu memikulnya? Maka jangan pernah takut dengan berbagai macam ujian. Carilah
hikmah dari tiap ujian yang diberikanNya, agar timbul rasa syukur dan ridho
dalam diri kita. Ketika
seorang hamba telah menyerahkan segala urusannya kepada Allah, menyakini
sepenuhnya janji Allah yang indah, hatinya akan damai dan batinnya begitu
tenang menjalani hidup.Sikap ikhlas dalam menjalani sesuatu yang Allah
takdirkan akan membentuk suatu penerimaan yang luar biasa dalam diri. Dengan
itu, seorang hamba akan selalu melihat apa pun yang diberikan Tuhannya dalam
persepsi yang indah.Ikhlas dan berserah diri kepada Allah akan selalu menjadi
kekuatan yang mempertahankan kekukuhan jiwa kita, betapapun beratnya beban yang
harus dipikul.
(Oki Setiana Dewi-Pernik Cinta OSD)
Saat ini sering kali kita
mendengar kata galau, segala hal ujian yang kita dapat selalu diidentikkan
dengan kata galau. Apa sih sebenarnya arti galau? Apa pula kaitannya dengan
ujian yang sering kita hadapi?. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Galau
adalah kacau tidak karuan. Dalam hal ini adalah kekacuan yang mempengaruhi
pikiran sesorang sehingga menimbulkan keresahan dalam hatinya. Banyak permasalahan
hidup yang membuat orang galau dalam menghadapinya. Hal-hal yang kecil maupun
yang besar, ujian tersebut membuat kita galau dan tanpa disadari membuat kita
semakin jauh dari kebenaran hikmah yang terkandung didalamnya. Aida ahmad dan
Ummi K. Miqdar dalam bukunya Ya Rabb Aku Galau, menyajikan kisah-kisah
bagaimana seharusnya kita mengambil sikap dan mengemas berbagai ujian yang datang
agar tidak membuat kita terus dihantui rasa galau berkepanjangan. Beberapa
permasalahan hidup dalam cerita ini mungkin kerab kali kita temui di kehidupan
nyata atau bahkan kita sendiri pernah mengalaminya. Ujian-ujian itu diantaranya
adalah masalah sosial, ekonomi, rumah tangga, pendidikan,krisis kepercayaan
diri sendiri dan pergaulan bebas.
Luka
tetaplah luka, tidak ada luka yang tak meninggalkan bekas. Begitu pula hati
anak-anak
(halaman 19). Buku ini diawali cerita tokoh bernama Asih. Pernah kalian
berpikir, bagaimana keadaan rumah tangga yang apabila didalamnya ternyata sudah
tidak bisa lagi memberikan kenyamanan, pernahkah kalian merasakan bagaimana
rasanya kehilangan?. Di usia yang terbilang muda, Asih harus rela kehilangan
kasih sayang seorang Ayah. Asih adalah
korban perceraian keluarga akibat kediktaktoran keluarga dari Ayahnya, semenjak
diceraikan sepihak, hak asuh Asih berada di tangan ibunya. Tanpa sosok seorang
Ayah dan tidak adanya biaya untuk hidup, sang Ibu kemudian bekerja sebai
pembantu rumah tangga. Agar Asih tetap bersekolah, sang Ibu mengijinkan Asih
diangkat sebagai anak asuh oleh majikannya.(Halaman 2).
Disinilah kegalauan hati seorang
Asih dimulai, bagaimana tidak, ketika seharusnya kasih sayang berlimpah lengkap
dengan kedua orang tua, tidak Asih rasakan. Kultur budaya masyarakat Indonesia
yang sebagian masih ngotot mempertahankan keegoisan akan hal menentukan jodoh
dengan tiga hal bibit, bebet, bobot yang pada akhirnya menjadi ujung tombak
perceraian kedua orang tua Asih. Kegalauan Asih akhirnya bertambah ketika Tuhan
menakdirkan Ayah Asih meninggal karena kecelakaan, bahkan di hari terakhir
setelah sekian tahun tak bertemu, Asih tetap tidak bisa berjumpa dengan Ayahnya.
Buku setebal 170 halaman ini
menyajikan sepuluh kisah inspiratif tentang bagaimana menyikapi kegalauan agar
menjadi senjata yang mampu merubah hal yang tidak baik menjadi baik. diawali dengan prolog cerita dan
diakhiri dengan epilog yang membahas membahas hikmah dari tiap kejadian, buku
ini bisa menjadi bahan bacaan yang mendidik baik untuk orang tua, pendidik dan
remaja yang kerap dihinggapi rasa galau.
Meski ditemukan beberapa kesalahan
ketik, tetapi tidaklah mengurangi kenyamanan kita untuk membaca kisah-kisah
inspiratif dalam buku ini. Kelebihannya dalam buku ini adalah tiap cerita
saling terkait dengan hukum agama yang mudah dicerna dan cara penyampaiannya
tidak terkesan menggurui. Kelebihan lainnya adalah adanya tips sederhana untuk bisa
mengatasi berbagai ujian kehidupan agar kita mampu move on serta adanya doa dan kalimat-kalimat motivasi yang selalu
terselip ditiap halaman bukunya.
Keren deh buku ini, bisa untuk daftar bahan bacaan dirumah
BalasHapus