Banyak
Orang Gila Di Liwa
Sekitar kurang lebih 10 tahun
yang lalu, saya pernah mengunjungi Lampung Barat yang beribukotakan di Liwa.
Kabupaten hasil dari pemekaran dari Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 16
Agustus 1991 ini merupakan kota kenangan yang pernah saya singgahi. Liwa daerah
yang cukup dingin buat saya yang biasa di daerah panas.
Mungkin kalian heran, mengapa
judul tulisan ini mengatakan bahwa banyak orang gila di Liwa. Hal ini sangat
amat benar saya katakan. Sejujurnya, saya takut juga memposting tulisan
banyaknya orang gila di Liwa. Sungguh bila kalian ngobrol dengan orang Liwa
bisa-bisa gila. Hahahhhha, ternyata eh ternyata sesekali ketika berbicara orang
Liwa menggunakan bahasa setempat pasti kerab kali menyertai kata Gila, misalnya
dang gila (Jangan). Jadi kata gila itu adalah penghias saja, seperti kita
menyatakan jangan gitu donk. Hehhehhhe, jadi jangan heran ketika ada orang Liwa
menyapa kalian seperti ini “Haga dipa gila” (mau kemana). Ahhhh lupakan soal
kata gila, karena sejatinya saya bukan ingin menceritakan hal ini. Hanya
intermezzo saja. Sapo gila sai sikop ano, yandigsa. Hahahahhha
Jum’at, 13 November 2015
|
Banner Acara |
Berkesempatan hadir dalam acara
Apresiasi Bahasa dan Sastra dalam memperingati
Bulan Bahasa di SMAN 1 Sukau, Lampung Barat. Saya dan Udo Z. Karsi
diundang sebagai pengisi diskusi dengan tema “Pelajar dan Kebangggan Akan
Menulis”. Sungguh, ini pengalaman yang liarrrr biasa buat saya bisa berdiskusi
bareng Udo Z. Karsi yang pengalamannya sudah banyak. Agak ngeri-ngeri sedap
ketika ditanya Udo, saya sudah mempersiapkan bahan materi tidak buat acara
diskusi, sedangkan beliau sudah mempersiapkannya dalam bentuk power point.
Sehari sebelumnya pun, Ahmadi selaku panitia acara menanyakan hal yang sama.
Jlebbbbb, makin deg-deg syerrrrr saja dibuatnya. Tapi saya yakin dan percaya
diri saja dan bilang bahwa saya tidak menyiapkan materi. Hmmmmm ya ngalir saja.
Tapi ini menjadi catatan saya bahwa seharusnya saya juga menyiapkan materi
kelak ketika diundang lagi.
|
Tiga Siswi Pemandu Acara |
Acara diskusi ini sungguh buat
saya keder juga, demam panggung euy. Ramai yang hadir dari kalangan siswa
sampai dengan guru-gurunya. Makasih Uwo Eva Oktarina selaku Kepala Sekolah SMAN
1 Sukau, Lampung Barat yang telah mempercayakan saya untuk turut ambil bagian
dalam diskusi kali ini. Acara dibuka oleh 3 Siswi yang unyu-unyu selaku MC.
Meski ada kejadian mati listrik, tetapi masih tetap berjalan lancar. Alhamdulillah.
Acar dibuka dengan menyanyikan
lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dengan penuh hikmat saya pun ikut larut
menyanyikannya, hmmm ada satu hal yang perlu kalian tahu, tiap kali saya
menyanyikan lagu-lagu yang berbau kebangsaan, pasti saya begitu antusias dan
bangga menyanyikannya, sampai saya merinding dibuatnya. Selanjutnya ada Tari
Tanggai dari Sanggar Batu Katay SMA N 1 Sukau. Tari Tanggai ini sebagai
penghormatan dan ucapan selamat datang kepada tamu. Wuiihhhhh, resmi banget
acaranya, saya serasa jadi pejabat dadakan. Gila benerrrr dah. Sambutan oleh Kepala Sekolah SMAN 1 Sukau,
Ibu Eva Oktarina dan sambutan sekaligus membuka acara oleh Kepala UPTD Bapak
Hi. Mazkur. Ada pembacaan puisi berbahasa Lampung yang dibawakan oleh Elya
Fransiska berjudul “Pekonku”. Carrissa Noviyandari, Juara 2 Solo Song Puteri
Sekala Brak II 2015 menghibur membawakan lagu “Keliru” miliknya Ruth Sahanaya.
|
Tari Tanggai |
|
Penyambutan Tamu |
|
Penyambutan Tamu |
|
Sambutan dari Kepsek SMA N 1 Sukau Oleh Ibu Eva Oktarina |
|
Sambutan dan Pembukaan Acara Oleh Bapak Hi. Mazkur |
|
Tampak Belakang |
|
Tampak Depan |
Waktu terus bergulir, diskusi
dimulai. Anah gilaaaaaa, saya makin deg-degan. Ahmadi selaku moderator
menanyakan kepada peserta yang hadir dalam acara diskusi. Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan tentunya yang berkaitan dengan menulis. Ada yang bertanya, Kenapa sih kita harus menulis?, Ide yang
didapat untuk bahan menulis dari mana?, Bagaimana sih mengatasi hambatan dalam
menulis?, Buku apa saja yang harus kita
baca untuk jadi seorang penulis?, Suka dukanya jadi seorang penulis itu apa
saja?
|
Menjelaskan sesuatu |
|
Udo Z. Karsi berselfie ria di sela-sela acara diskusi berlangsung |
|
Ahmadi Sang Moderator |
|
Menjawab pertanyaan |
|
Hadiah bagi penanya pertama |
|
Bincang hangat |
|
Bagi-bagi hadiah lagi |
|
Kepsek SMA N 1 lagi curhat |
|
Lumayan dapat hadiah buku |
Secara bergantian saya dan Udo Z.
Karsi memberikan jawaban. Kalau saya pribadi, menulis itu bukti hidup, artinya
ketika kelak kita telah meninggalkan dunia fana ini, tulisan kita masih bisa
dibaca oleh khalayak ramai. Menulis juga menjadi ladang amal jariyah, maka
tulislah hal yang baik dan bermanfaat untuk orang lain. Masalah ide untuk bahan
menulis, kita bisa mendapatkan dimana saja. Tentunya ide itu ketika datang maka
cepatlah kita catat, tujuannya adalah pada saat kita punya waktu luang bisa
mengembangkannya lagi atau baiknya adalah ketika ide itu datang maka cepatlah
menuliskannya. Mengatasi hambatan menulis biasanya tiap penulis berbeda-beda,
kalau saya pribadi ketika mandek ya saya tinggalin beberapa saat lamanya,
bersantai sejenak atau apa pun yang pada akhirnya membuat kita fresh kembali.
Ilmu menjadi seorang penulis adalah membaca berbagai bahan bacaan dan menulis
tentunya, itu wajib dilakukan. Masalah suka dukanya menjadi penulis buat saya
pribadi tidak ada, itu saja.
|
Ruangan penuh |
|
Anusias yang liar biasa |
|
Anak-anak gila ilmu, kerenkan? |
Karena itu, menulislah supaya
tidak gila! (Udo Z. Karsi). Nah kan ada kata gila lagi yang muncul dari orang
Liwa satu ini. Hehehhehhhee. Kurang lebih 3 jam kami mengisi acara diskusi ini,
saya dan Udo Z. Karsi sebagai narasumber merasa kami yang seharusnya juga
belajar dan menggali ilmu dalam acara diskusi ini. Oiya ternyata banyak sekali
potensi yang ada di SMAN 1 Sukau ini, selain acara diskusi, pada hari yang sama
sekolah sedang mengadakan acara rutin yaitu Pentas Seni (Pensi). Ada lomba baca
puisi, ada lomba menyanyi, lomba majalah dinding dll. Saya sempat menyaksikan
lomba menyanyi ketika saya ijin buang air kecil. Wah ternyata gila juga
anak-anak ini pikir saya, gimana gak gila, pentas lomba menyanyinya diadakan di
lapangan tempat biasa upacara bendera dilaksanakan. Matahari lumayan terik,
meski di Sukau atau Liwa pada umumnya, cuacanya gak terlalu panas. Tapi
lumayanlah buat keringatan hehehhhe.Hhmmmm banyak bibit yang bisa ditampilkan
kepermukaaan. Bahkan Ahmadi bercerita pada saya dan Udo, bahwa dia telah
mengumpulkan 200 lebih puisi berbahasa Lampung yang ditulis oleh siswa-siswinya.
Nah saya sarankan kepadanya untuk membukukan puisi-puisi tersebut. Siapa tahu
kelak dapat penghargaan Rancage Award.
|
Rame-rame Part I |
|
|
|
|
Rame-rame Part II |
Acara selesai sebelum Sholat
Jum’at terlaksana. Oiya, ada yang saya suka sekali di SMA N 1 Sukau ini yaitu
mewajibkan murid laki-lakinya untuk melaksanakan sholat jum’at berjamaah di
Masjid sekolah. Bagi yang tidak ikut sholat, maka hukuman akan menanti.
Hukumannya unik dan mendidik yaitu membawa tumpukkan batu dari sungai. Oiya, di
area SMA N 1 Sukau terdapat sungai, kerenkan. Batu-batu yang dikumpulkan
siswa-siswa tersebut bahkan pernah digunakan untuk mendirikan pondasi bangunan
di sekolah mereka sendiri. Nah ini termasuk amal jariyah, kerenkan.
Kotabumi
Jum'at, 20 November 2015
Catatan
1. Foto-foto koleksi Eka Fendiaspara Alliwa dan koleksi pribadi Yandigsa
2. Sebenarnya ada video Tari Tanggai, Puisi Lampung dan Lagu dari Carissa tapi gag bisa upload
3. Deadline terakhir hari ini bagi siswa yang hendak mengirimkan review acara ini
keren.....
BalasHapusmantap.....maju trus SMAN 1 Sukau...
BalasHapussippppp
Hapus