Arca Cinta
Aku ibarat Loro
Jonggrang yang terpasung dalam bayangan Pangeran Bandung Bondowoso karena meski
hatiku menolak cintanya tetapi tidak bisa dengan tegas mengatakan bahwa Loro
Jongrang tak mencintai pangeran yang telah membunuh ayahnya. Tetapi ceritaku
tidaklah lebih buruk seperti apa yang dialami oleh Loro Jonggrang. Ceritaku
bermula ketika cinta yang kupupuk sedemikian rupa hancur dengan tiba-tiba
seperti istana pasir yang megah tersapu air ombak. Tercerai.
Bila Loro
Jonggrang bisa mengajukan syarat dengan menginginkan terbangunnya seribu candi
dalam semalam pada pangeran Bandung Bondowoso. Maka aku meski tidak mengajukan
syarat satu pun, tetap saja hatiku hancur menerima kenyataan cintaku tercerai.
Putus tanpa sebab yang aku sendiri tidak tahu kenapa. Tiba-tiba aku ingin
sekali mengubah diri menjadi arca seperti Loro Jonggrang yang membatu dengan
seribu kecantikannya.
Rasanya aku
ingin menceburkan diriku dalam sumur Jalatuda yang dibuat oleh Pangeran Bandung
Bondowoso dan menguburkan diriku sendiri seperti ketika pangeran tersebut
terkubur oleh tipu muslihat Loro Jonggrang. Tetapi dimana sumur itu adanya?.
Atau aku ingin mengubah diriku sendiri menjadi sebuah arca yang dikenang
sebagai arca cinta karena aku menjaga kemurnian cintaku. Tetapi hal itu tak
mungkin pernah terjadi karena ayam tak harus berkokok ketika fajar. Semua
harapan yang pernah aku himpun hingga kurang satu lagi mencapai seribu lelah
memburu hatiku. Hingga altar cinta ini goyah dan terhempas.
Baru aku tahu
ternyata bermain cinta dengan sesuatu pondasi yang tidak kokoh akan membuat
tiang-tiang hati perlahan-lahan runtuh. Seperti diriku yang saat ini merasakan
betapa yang namanya cinta itu adalah getir yang penuh luka. Belum juga bila
rindu yang kupendam menjadi basi dan menuap. Bangkai harapan menurutku. Tidak
salah kiranya Pangeran Bandung Bondowoso marah dan mengutuk Loro Jonggrang
menjadi batu arca. Karena cintanya yang besar terhadap gadis pujaannya ditolak
ketika semua keinginan gadis pujaannya itu tercapai.
Seribu candi
semalam harus jadi. Tetapi apa lacur ternyata pondasi cinta antara mereka
berdua rapuh dan hanya menurutkan hawa nafsu belaka. Cinta mereka pun runtuh
dan loro Jonggrang mengarca. Sedangkan aku begitu menganggungkan cinta,
sehinggga berkali-kali aku dikhianati masih saja aku mengharapkan cintaku itu
murni. Tetapi ceritaku berbalik tiga ratus enam puluh derat dengan cerita
dongeng dari jawa tersebut. Aku perempuan yang berusaha mewujudkan semua mimpi
membangun cinta yang abadi. Tetapi ternyata lelaki yang kupuja, tak seberani
Pangeran Bandung Bondowoso yang rela dibebani dengan syarat terberat sekali
pun. Lelaki yang kucinta, alih-alih membuat seribu candi. Membangun satu cinta
dalam hatiku saja masih bocor sana
sini atapnya. Aku tersakiti sebab kelakuannya yang entah. Aku buru-buru
mengakhiri penyelidikanku tentang cinta, tetapi itu dulu. Sedangkan sekarang
hatiku, mungkin juga ragaku seolah menjadi arca cinta yang keras tanpa sentuhan
pelembut apa pun. Aku adalah arca cinta.
“Hari ini
sepertinya kau tak bersemangat” Shitie mencuil pipiku
“Dari tadi
cemberut melulu, ntar kesurapan berabe lagi. Disini kan adanya pawang ular dan engga ada
pengusir setan” ucap sahabatku satu ini
“Apa hubungannya
coba cemberut dan kesurupan, terus pawang ular dan pengusir setan. Kagak ada
nyambung-nyambungnya kale” jawabku dengan bibir yang sengaja aku monyongkan
“Ada tau, kamu engga
pernah nonton iklan di tv sich. Kalau ada yang ngelamun semua baju tetanggga
pada berterbangan, eiiitsss salah ayam tetangga pada mati” kata shitie sambil
cekikikan
“Ahhhhh makin
engga nyambung, maleslah aku ngomong sama kamu” jawabku sambil menautkan ujung
alis mata hingga membentuk kerutan di dahi.
“Yeeee ntar
cantiknya nguap loh kalau marah dan cemberut melulu”
“Cha, ada info
menarik neh”
“Apaan?” dengan
malas kubertanya
“Lomba menulis”
jawabnya dengan mata berbinar
“Tentang apa”
bila mendengar kata lomba menulis aku serasa hidup kembali dan sejenak
kulupakan permasalahanku sebelumnya. Lagian aku pernah cerita dengan sahabat
kentalku satu ini, bahwa cerita cinta yang gagal tak perlu diingat – ingat
lagi. Baiknya segera buang jauh-jauh. Katanya satu ketika.
“Temanya tentang
perjodohan”
“Jodoh? Hari
gini masih membicarakan soal perjodohan. Basi kali Shitie glagelo monyong.
Emang kamu kira kita masih hidup di jamannya Siti Nurbaya. Sudah berbilang masa
berlalu dan di jaman sekarang perempuan bisa memilih jodohnya sendiri tanpa
campur tangan orang lain bahkan orang tua kita sendiri.” Komentarku panjang
“Loh bukan
berarti perjodohan itu jelek, Cha” sanggah shitie
“Buktinya banyak
orang yang bersatu karena suatu perjodohan dan hidup mereka langgeng, contohnya
ayah dan ibuku. Mereka dahulu di jodohkan. Malah sekarang di jaman yang serba
canggih, kita kerap kali melihat banyak pasangan hidup yang baru beberapa tahun
saja membangun rumah tangga, tiba – tiba perceraian tak bisa dielakkan. Artinya
baik perjodohan atau pun tidak bukanlah tolak ukur sebagai pertanda seseorang
itu bisa mempertahankan cintanya. Melainkan karena kemurnian cintalah yang
mampu melanggengkan suatu hubungan” jawab Shitie tak kalah panjang kali lebar
kali tinggi.
“Ya dech aku
sedikit membenarkan perkataanmu ini. Emangnya kapan deadline lombanya?” tanyaku
pada shitie
“tujuh hari dari
sekarang” jawabnya singkat
“HAH…. Cepat
sekali, aku kan
engga tahu soal perjodohan?” tanyaku benggong
“Emang kamu kira
aku juga sudah tahu banyak soal perjodohan, echa echa di dinding…..hehehehehe”
kekehnya
“Ah sudahlah
untuk saat ini engga usah dipikirkan, yang jelas dari sekarang kita mambaca
bacaan yang berkaitan dengan perjodohan. Satu hal lagi, nanti kau akan aku
kenalkan pada seorang temanku di facebook yang mempunyai hobi menulis sama
dengan kita” katanya lagi sambil tersenyum
Belum sempat aku
menanyakan siapa orang yang hendak Shite kenalkan kepadaku. Tangan Shitie ligat
mengapit lenganku dan dengan paksa menyeretku masuk dalam kelas. Dentang
nyaring suara bel masuk menyadarkanku untuk segera mengikuti seretan tangan
Shitie dengan pertanyaan yang tiba-tiba menggantung dipikiranku. Siapa kiranya
orang yang akan dikenalkan Shite kepadaku, awas saja jangan sampai ada motip
terselubung untuk menjodohkan aku dengan orang yang akan dikenalkan Shitie
padaku. Bukannya aku tak mau, hatiku masih mengarca. Membatu.
Menggala, 18
Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar