Vredeburg, Benteng Perdamaian Yang
Dingin
Jogyakarta
sebagai salah satu kota pusat pariwisata di Indonesia terus berbenah diri untuk
bisa meningkatkan mutu pariwisatanya sehingga baik wisatawan dalam negeri
maupun luar negeri terus berdatangan.
Salah satu ikon wisata sejarah yang ada di kota Jogyakarta adalah Museum
Benteng Vredeburg.
Museum Benteng Vredeburg terletak di depan Gedung Agung dan istana Kesultanan Yogyakarta. Lokasi yang
strategis dekat perkotaan dan pusat perbelanjaan Malioboro ini cukup ramai
dikunjungi oleh wisatawan, terlebih ketika hari libur. Untuk bisa masuk ke
dalam museum ini pun, pengunjung hanya diharuskan membayar Rp. 2.000,- sebagai
tiket masuknya.
Sebagai pusat pemerintahan dan
pertahanan residen Belanda kala itu, benteng ini menyimpan
banyak sejarah yang sangat panjang. Benteng ini dikelilingi oleh sebuah parit yang sebagian bekas-bekasnya telah
direkonstruksi dan juga terdapat empat menara di tiap sudutnya yang dapat
dilihat hingga sekarang. Pihak Belanda kala itu mengusulkan kepada sultan agar
diijinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton. Pembangunan tersebut dengan
dalih agar Belanda dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi
dibalik dalih tersebut maksud Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan
dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak
benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang
menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng
dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade.
Dapat dikatakan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk
berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda.
Akhirnya proyek tersebut disetujui sultan.
Pada tahun 1760 hingga dari tahun
ke tahun benteng ini terus menerus mengalami perebutan kekuasan, pemugaran dan
berubah-ubah fungsinya. Benteng
yang semula bernama Rustenburg diganti menjadi Vredeburg yang
berarti 'Benteng Perdamaian' ini pada akhirnya di kuasai oleh
Indonesia. Museum Benteng Vredeburg
resmi dibuka dan bisa dikunjungi masyarakat umum pada tahun 1987. Melalui Surat Keputusan Mendikbud RI
Prof. Dr. Fuad Hasan nomor 0475/O/1992 tanggal 23 November 1992 secara resmi
Benteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum
Benteng Yogyakarta.
Diorama
Museum ini dibagi menjadi 4 gedung
yang berisi diorama atau Miniatur tiga dimensi yang menggambarkan pemandangan
atau adegan yang sesuai dengan apa yang pernah terjadi sebelumnya. Sejarah singkat tentang perjuangan kemerdekaan
Indonesia baik pada masa awal perebutan kekuasaan dari tangan penjajah sampai
dengan kemerdekaan yang dicapai oleh pahlawan-pahlawan Indonesia pada waktu itu
bisa kita lihat melalui cerita yang disuguhkan oleh diorama. Pengunjung bisa dengan leluasa memasuki
gedung-gedung yang berisi diorama, ruang yang sejuk dengan ac yang begitu
nyaman, juga LCD dengan layar setuh sehingga memudahkan pengunjung melihat dan
membaca tentang diorama yang disajikan.
Sesampainya di dalam ruangan ini, pengunjung akan langsung mengetahui isi cerita
sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Mulai dari era Pangeran Diponegoro,
kongres Budi Utomo di Yogyakarta, berdirinya organisasi Muhammadiyah, pemogokan
kaum buruh di pabrik gula di sekitar Yogyakarta, berdirinya Tamansiswa, Kongres
Perempuan Indonesia yang pertama, Kongres Jong Java, hingga sejarah awal mula
masuknya Jepang di Yogyakarta ada semua di sini. Pengunjung benar-benar akan
mengetahui dengan jelas informasi sejarah melalui miniatur yang terlihat nyata
tersebut.
Gedung 2
Sesampainya di dalam ruangan ini, pengunjung akan langsung mengetahui isi cerita tentang sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia pada era Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pengunjung dapat melihat bagaimana Sultan Hamengkubowono IX memimpin rapat dalam rangka dukungan terhadap proklamasi, Pengambil alihan percetakan Harian Sinar Matahari dan berganti nama menjadi Kedaulatan Rakyat, Penurunan bendera Hinomaru dan pengibaran bendera merah putih di Gedung Agung, Peristiwa pengeboman Balai Mataram, Gedung RRI, dan Museum Sonobodoyo oleh tentara sekutu. Selanjutnya, ada peristiwa Pertempuran Kotabaru, pelucutan senjata tentara Jepang oleh polisi istimewa, pemuda, dan rakyat. Diorama selanjutnya, ada cerita tentang berdirinya sekolah Militer Akademi di Yogyakarta, pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Kongres Pemuda di Yogyakarta, sejarah berdirinya Universitas Gadjah Mada, hingga masa pemindahan Ibukota Negara Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta.
Gedung 3
Sesampainya di dalam ruangan ini, pengunjung akan langsung mengetahui isi perjuangan pasukan Siliwangi hijrah ke Yogyakarta, Pengiriman bantuan berupa obat-obatan yang diberikan oleh Pemerintah Mesir pada masa itu, Pembukaan PON I, Perlawanan rakyat pada Agresi Militer II Belanda, Stasiun Pemancar Radio dalam perang gerilya, Intimidasi dan penggeledahan terhadap rakyat yang dilakukan oleh Belanda, Perlawanan gerilyawan TNI di Yogyakarta Selatan, Dapur Umum di daerah Gerilya yang membantu memberikan pasokan makanan para pejuang, Terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949, Perlawanan tentara pelajar di daerah Sleman dan Perintah RIS pindah ke Jakarta.
Gedung 2
Sesampainya di dalam ruangan ini, pengunjung akan langsung mengetahui isi cerita tentang sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia pada era Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pengunjung dapat melihat bagaimana Sultan Hamengkubowono IX memimpin rapat dalam rangka dukungan terhadap proklamasi, Pengambil alihan percetakan Harian Sinar Matahari dan berganti nama menjadi Kedaulatan Rakyat, Penurunan bendera Hinomaru dan pengibaran bendera merah putih di Gedung Agung, Peristiwa pengeboman Balai Mataram, Gedung RRI, dan Museum Sonobodoyo oleh tentara sekutu. Selanjutnya, ada peristiwa Pertempuran Kotabaru, pelucutan senjata tentara Jepang oleh polisi istimewa, pemuda, dan rakyat. Diorama selanjutnya, ada cerita tentang berdirinya sekolah Militer Akademi di Yogyakarta, pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Kongres Pemuda di Yogyakarta, sejarah berdirinya Universitas Gadjah Mada, hingga masa pemindahan Ibukota Negara Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta.
Gedung 3
Sesampainya di dalam ruangan ini, pengunjung akan langsung mengetahui isi perjuangan pasukan Siliwangi hijrah ke Yogyakarta, Pengiriman bantuan berupa obat-obatan yang diberikan oleh Pemerintah Mesir pada masa itu, Pembukaan PON I, Perlawanan rakyat pada Agresi Militer II Belanda, Stasiun Pemancar Radio dalam perang gerilya, Intimidasi dan penggeledahan terhadap rakyat yang dilakukan oleh Belanda, Perlawanan gerilyawan TNI di Yogyakarta Selatan, Dapur Umum di daerah Gerilya yang membantu memberikan pasokan makanan para pejuang, Terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949, Perlawanan tentara pelajar di daerah Sleman dan Perintah RIS pindah ke Jakarta.
Gedung 4
Sesampainya di dalam ruangan ini, pengunjung akan langsung mengetahui isi cerita tentang sejarah Indonesia setelah kemerdekaan. Disini pengunjung bisa melihat jalannya pemilihan umum pertama Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta, pertemuan Rencana Colombo tahun 1959, Seminar Nasional Pancasila I, Pencanangan Tri Komando Rakyat (Trikora) sebagai upaya pembebasan Irian Barat. Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) PKI di Yogyakarta, rapat kebulatan tekad penumpasan G30S PKI di Alun-alun Utara Yogyakarta, sampai dengan momen penyamapaian amanat dari Presiden Soeharto tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dalam rangka Dies Natalis UGM 1974 juga ada disini.
Note : Beberapa sumber dari tulisan ini di dapat penulis melalui wikipidea, Jaringan Museum dan detik.com.
Saya juga jatuh hati sama benteng yang satu ini, keren. Pengin main lagi
BalasHapusiya mas, ayo berkunjung ke jogya lagi
HapusKapan nih mau ke Jogja
HapusJalan-jalan terus nih pak..
BalasHapus