Membeli Buku Dengan Cara Kredit.
Kita
semua sudah paham bahwa membaca adalah jendela dunia. Membaca sebagai aktivitas
yang bermanfaat mengetahui berbagai macam hal. Membaca dapat kita lakukan
dengan berbagai macam alat baca, salah satunya adalah membaca buku.
Ketika
saya masih duduk di bangku perkulihan, membaca buku adalah hal yang paling
wajib dilakukan. Mengingat tugas perkulihan sangatlah banyak membutuhkan
berbagai macam referensi yang perlu dibaca sebagai bahan penunjang. Saya sering
sekali mengunjungi perpustakaan kampus tempat saya menimba ilmu. Selain itu,
saya pun terkadang menyempatkan diri membaca buku-buku yang saya perlukan di
kampus lain atau ke perpustakaan daerah.
Karena
keterbatasan dana yang saya miliki sebagai mahasiswa yang uangnya jauh dari
kata cukup, untuk membeli buku pada saat itu adalah hal yang sangat sulit saya
lakukan. Ada kisah menarik yang terjadi antara saya dan buku. Dulu ada toko
buku (saya lupa nama toko bukunya) di daerah Jl. Cengkeh, Raja Basa, Bandar
Lampung, tepatnya di komplek Pondok Pesantren Mahasiswa Darul Hikmah. Nah di
toko buku tersebut yang di kelola oleh salah seorang ikhwah (Lagi-lagi saya
lupa nama akhi tersebut) yang bila bertemu saya pasti masih ingat, memberikan
kemudahan kepada mahasiswa miskin seperti saya apabila ingin memiliki buku
bacaan bisa dibeli secara kredit.
Nah
tawaran yang sangat menarik ini disambut antusias oleh banyak pelanggan toko
bukunya tersebut, termasuk saya. Waktu itu saya kredit beberapa buku bacaan,
termasuk di dalamnya adalah novel Ayat-ayat Cinta dan Kumpulan Cerpen Ketika
Mas Gagah Pergi. Dulu novel itu belumlah terdapat stempel Best Seller di cover
depan bukunya. Disinilah saya mulai menyukai novel-novel religi. Waktu itu,
dengan membaca novel religi saya mempunyai pengetahuan keislaman dengan cara
yang berbeda yaitu membaca sebuah novel.
Lain
halnya ketika saya membaca buku kumpulan cerpen berjudul Ketika Mas Gagah
Pergi. Waktu itu hati saya sedang gundah gulana, betapa tidak, keinginan untuk
mengenyam pendidikan islam disalah satu pondok mahasiswa yang ada di Bandar
Lampung secara gratis alias mendapat bea siswa kandas. Saya tidak lolos ujian
masuk.
Dengan
berat hati, saya mengepak baju-baju saya dan pulang kampung. Dalam perjalanan pulang, di dalam bus saya
membaca kumpulan cerpen, tepat membaca cerpen yang berjudul Ketika Mas Gagah
Pergi sampai selesai, air mata saya menderas tanpa bisa saya bendung.
“Kenapa
dek koq nangis sesegukkan?”
“Habis
kabur dari rumah yah?”
Seorang
bapak yang tepat duduknya di depan saya bertanya ketika saya menangis
sesegukkan. Bapak tersebut berpikir, mungkin saya menangis akibat diusir oleh
orang tua. Saya hanya tersenyum kecut mendengar pertanyaannya. Saya pandangi
diri saya yang menggendong tas ransel dan pakaian kucel yang saya kenakan.
Mungkin memamang terlihat seperti orang yang akan kabur dari rumah.
Kotabumi, 10 November 2016
Hehe.. Enak juga ya kalau bisa kredit
BalasHapusBener banget mba
HapusAduuuh endingnya itu bikin penasaran deh, gina lanjutannya? Bukuku dulu beli dari hasil honor jadi wartawan kampus 😊
BalasHapusEndingnya lebih ngenes lagi mba. Malu mw ceritanya
HapusTerimakasih sudah mengikuti GA Kisah Antara Aku dan Buku. Nantikan pengumuman pemenangnya di tanggal 15 Nopember 2016.
BalasHapusSalam,
Izzah Annisa