Era Digital sekarang ini, banyak orang yang haus akan hiburan termasuk dalam hal bermain. Berbagai macam Game atau permaianan diciptkan. Permaianan sejak jaman dahulu sudah ada, banyak permaianan tradisional yang akhirnya hilang tergerus oleh gam-game terbaru. Game online pun saat ini marak digandrungi oleh khalayak ramai.
Ketika saya, Team Tapis Blogger dan Crew ANTV Lampung berkesempatan hadir dalam acara Camping Ground, Desa Juku Batu, Kecamatan Bajit, Kabupaten Way Kanan. Malamnya ketika kami tidak ada kegiatan, untuk membunuh sepi kami bermain permaian jadul yaitu Ludo.
Ludo merupakan permaianan tradisional yang sempat populer di era Tahun 90-an kebawah. Ludo, permaianan tradisional dari India yang memiliki nama lain Pachisi yang berarti Dua Lima diperkiraan sudah ada sejak abad ke 6 dan masuk ke wilayah Asia.
Permaianan yang melibatkan 2 - 4 orang ini, mengharuskan pemainnya mengatur 4 bidak pion dengan menggunakan dadu agar sampai ke tujuan.
Cara bermainnya :
- Masing-masing pemain yang terdiri dari 2 atau 4 orang pemain memilih board berwarna Biru, Merah, Kuning dan Hijau untuk menempati rumah awal
- Lemparkan dadu, untuk bisa keluar dari rumah awal setiap pemain harus melempar dadu dan mendapatkan nilai terbesar yaitu angka 6
- Setelah itu pemain melemparkan dadu kembali untuk melajukan bidaknya searah jalur yang telah ditentukan sampai ke tujuan
- Pemain bisa menyingkirkan bidak dari pemain lain yang berbeda warna, kecuali bidak tersebut berada di zona aman
- Pemain bisa mengulang melemparkan dadu apabila mendapatkan nilai 6
- Selanjutnya pemain membuat strategi jitu agar bisa masuk kembali di zona dengan warna sama seperti bidaknya.
Pada umumnya permaianan ini meningkatkan kongnitif, motorik, logika, emosional, sosial, visual, kreatif dan imanjinasi para pemainnya. Malam itu untuk mengusir sepi, kami memainkan permaian ludo yang sudah ada sistem aplikasinya oleh teman kami bernama Leni. Saya, Bowo, Mas Ndut, Yoga, Leni, dan Mas Aji akhirnya riuh rendah memainkan Ludo dengan senang hati. Bahkan saya sempat di juluki mulut dukun, karena apa yang saya ucapkan selalu kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar